Tuhan tak pernah membiarkan kita kesepian.
Bukankah semua orang selalu memiliki awkward moment saat berhadapan dengan seseorang yang dulunya dekat? Ya, dulunya. Bukankah ada perasaan, entah mengapa, canggung dan kaku menjadi satu ketika berbicara dengan seseorang yang dulunya dekat? Ya, dulunya. Dan setahu saya, selalu timbul ke permukaan perasan yang antara-aneh-canggung-bertanya-tanya-lalu-menampik-perasaan-itu-sendiri, ketika menyadari kita yang dulunya dekat, sekarang menjadi sosok asing satu sama lain?
Oh, menjadi seseorang yang asing diantara sebuah topik pembicaraan yang seharusnya dimengerti satu sama lain dalam ikatan persahabatan, is so rough. Mungkin cukup perih untuk menyadari that we've been stranger since.. since.. even we don't know when we turn out to be stranger. Bahkan bahu ini pun menjadi berat sebelah mengetahui semua berjalan timplang, satu arah. Satu sisi. Tidak memaknai kata 'sahabat' lagi, seperti dulu. I've been reading Dilema by Alvi Syahrin. Kira, Adri and Estrella.. make me wonder.
Distance.
Tak terelakkan lagi air mengucur dan membasahi pipi, sampai-sampai tak sadar sudah ada sesosok anak kecil disampingku, terhentak kaget melihat sudah basah pipi. Dia tersenyum. Mendapatinya, malu rasanya. Tapi benar saja, ketika pikiran dan perasaan ini sudah tidak kuat menahannya sendiri, Tuhan tidak pernah membiarkanku sendiri. Meskipun hanya sesosok anak kecil ini. Allah Maha Baik. Thanks a lot, Keeva! Last but not least.. I just miss us.
Sahabat selalu pulang. Kalau dia memang benar-benar teman, dia pasti kembali. Untuk saat ini, biar saja semua berjalan apa adanya.
No comments:
Post a Comment