So today, fix gue dapet waktu luang di weekday ini.
Agenda gue hari ini diniatkan untuk belajar untuk persiapan UAS tanggal 4 Juni 2012 mendatang. Ok it's my gloomy day, honestly. Not only today. Dimana gue harusnya fokus belajar (Pst, nilai gue ancur-ancuran this semester. Gak mungkin kan gue terus-terusan begini? So, study is the answer) tapi pikiran malah kalang kabut. Jadi, intinya ya gak fokus. Hari ini klimaksnya. Semoga ini klimaks yang terakhir.
Perasaan yang memotivasi gue untuk menulis disini lagi adalah: Gue benci saat gue gak fokus, gabut, --seems like I'm the jobless person-- dsb dan gue hanya diem aja? Super NO! Jadi, disaat gue udah gak fokus dan udah gak efisien begini buat belajar, gue mencoba menulis lagi, disini. Gue ngeliat postingan gue sebelum-sebelumnya. Dan..It's really random, ya-_- hehe.
Kali ini, gue mencoba ngeposting yang jelas --biasanya soalnya gak jelas-- Mencoba mengurai-ngurai perasaan lalu dituangkan ke dalam kata demi kata. Suasana yang seperti ini membuat gue selalu mengingat-ingat saat itu. Ya, Mengingat-ingat kembali masa itu. Dengan perasaan yang tercecer.
Gue ingat dengan jelas, masa itu. That era.
Boleh gue bilang adalah masa-masa emas dalam hidup gue. Gue sangat amat bersyukur bisa ngerasain kebahagiaan tiap harinya, tiap detiknya. Karena mereka semua, yang selalu ngisi hari-hari gue. Dari mereka pula gue belajar banyak hal yang sampe sekarang gue bawa. Gue senang dengan keadaan yang seperti itu. Gue yang bisa nyenengin orang tua sama nilai-nilai gue, Alhamdulillah. Gue yang 'feel free' tiap hari. Gue yang dapet temen deket yang bikin gue nyaman banget. Gue lupa akan hal ini: Hidup itu seperti roda yang selalu berputar.
Dan sekarang sadar, mungkin gue terlena. Now, it's my lowest position.
Gue belum prepare sama keadaan ini. Gara-gara mungkin terlalu nyaman dengan keadaan yang comfortable banget. Banyak banget ternyata poin-poin yang seharusnya gue ambil, dan gue pegang, tetapi malah gue lepas gitu aja. Jadi yang seharusya gue bisa explore tapi jadi malah stay in the comfort zone. The main mistake are: Not finish what I've started.
Detailnya lagi: Never finish something that I've started if I feel uncomfortable with that
Sebetulnya ini hal-hal yang dulu gue sepelekan, loh. Mulai dari nyepelein gitu, jadinya kebiasaan. Gara-gara gue kebiasaan, kalo gue udah ngerasa uncomfortable, gue tinggalin aja. Gue juga jadi takut sama hal yang menantang. Badly, kebawa ampe sekarang.
Menurut gue sih dulu ini sepele dan ternyata gue sadar, gara-gara gak gak nyelesein apa yang udah gue mulai ini gue lebih cenderung..... bodo amat-an. Cuek lah istilahnya gitu. Selain itu gara-gara ngerasa uncomfortable, jadi gak ngasih feedback apa-apa terhadap orang yang udah ngasih kebaikan ke gue. Buat gue, ngasih kebaikan itu bisa berupa apa aja gak harus benda atau uang. Yang bikin hati gue seneng. Harusnya sih, gue bisa dong ngasih feedback lagi yang bikin mereka seneng. At least, bikin senyum. Terlebih lagi, buat worth moment. Tapi gara-gara udah uncomfortable duluan, gue jadinya ya.. ngehindar aja. Gak peduli kejadian yang udah lalu-lalu.
Ini salah satunya:
He came --> We were so close --> He said 'it' --> I denied --> We were just stranger.
Seharusnya polanya:
He came --> We were so close --> he said 'it' --> I denied politely --> We are friend.
Gue gak salah sih men-deny itu. Karena hak gue itu menerima atau menolak, dengan cara yang halus pastinya. Tetapi salahnya adalah, gue gak meluruskannya kembali. Gue diem aja. Membiarkannya dan berfikir seakan-akan lenyap ditelan waktu. Dan dalam kurun waktu 1 tahun itu kami adalah stranger. Tidak, bukan kami. Tapi gue. Gue yang berfikir itu kami adalah stranger. And act like nothing happened between us. Yayaya gue tau ini buruk tapi gue ngerasa gak enakan aja terus malu sama orang tersebut jadi lebih memutuskan menghindar. Karena gue masih memegang prinsip: Never finished what I've started if I feel uncomfortable with that.
Seharusnya, gue bukan menghindar dong. Gue minta maaf dan menjalin pertemanan seperti yang udah terjadi sebelumnya. Haa. Malu sih sebetulnya nulis ini tapi ya.. gak boleh begini terus kan.
Hal yang sama juga terjadi sama dunia akademi gue:
Tahun lalu, kayak di postingan sebelumnya. Gue ikut lomba itu, gue seneng banget. Ya, seneng aja dapet hal baru. Tapi, gara-gara pressure dan segala macem akhirnya gue gak bisa mempertahankan perjuangan gue, akhirnya... hilanglah kesempatan saya. Mungkin belum rejeki. Tapi guenya sendiri yang udah kepalang ngerasa gak comfort segala macem akhirnya belajar gue belum sampe finish dan tidak maksimal. See? Seharusnya gue tau dong kalo emang itu yang gue suka, kenapa gue gak finish it?
2 sampel itu yang akhirnya buat gue sadar, tanpa gue sadari ternyata gue memegang prinsip itu. Sakit emang, ternyata gue udah berbuat, ya, kebodohan. Tapi gue emang manusia yang gak pernah luput dari salah. Dari long posting ini gue hanya mau jujur, ngambil positifnya dan belajar dari sini.
Dari situ gue belajar bahwa:
A good thing never comes afterward unless you fight it, finisih it, reach what's good for you. What's good for you will makes everything comfortable.Karena menyesali adalah hal yang tidak berguna dan sia-sia selain itu gue udah tau itu hal yang buruk maka ini adalah saatnya untuk berubah dan meninggalkan prinsip buruk itu. Walaupun gue adalah manusia yang gak pernah luput dari salah bukan berarti gue akan tetap berbuat salah. Kalo udah tau salah, ya diubah. Semua berawal dari sendiri.
Now, apapun yang telah terjadi di kehidupan present gue, insyaAllah I'll finish it until it's good for me and people around me. Fight! Semangat! Hap-hap!
Cheers,
Salam fighter!